Jumat, 17 Januari 2014

ROTAN



Sistem Klasifikasi Tumbuhan
Rotan (Calamus inops BECC) dalam sistem klasifikasi tumbuhan termasuk family Palmae, Kelas Monocotyl, Sub Divisi Angiospermae dan Divisi Spermathophyta (Anthophyta). Tumbuhan ini dikenal pula dengan nama Tohiti, namun sebutan rotan telah umum digunakan oleh masyarakat tradisional di berbagai daerah. Penyebaran rotan cukup luas meliputi 5 pulau besar di Indonesia.

Morfologi dan Fisiologi
Membedakan rotan dari jenis yang lain tidak terlalu sulit, namun membedakan antar jenis rotan bukan perkara yang mudah. Saat masih anakan, morfologi yang ditampilkan masing-masing spesies rotan relatif mirip, sehingga terkadang 2 rotan diidentifikasi memiliki jenis yang sama padahal keduanya berbeda. Perbedaan ciri fisik baru tampak jelas setelah rotan menginjak umur dewasa. Apalagi setelah rotan mulai berbuah, identifikasi jenis lebih mudah lagi dilakukan. Identifikasi rotan dapat dilakukan dengan melihat morfologi daun, gerigi pada daun, pola sebaran daun, pola sebaran duri, warna duri, batang, bunga dan buah.

Calamus inops dapat dikenali dengan melihat ciri-ciri tersebut. Rotan jenis ini memiliki garis tengah sekitar 15 mm, dengan buku-buku yang menonjol. Panjang ruas 20 sampai dengan 35 cm. permukaannya kuning mengkilat dengan gelang-gelang bertanda kelam tajam melingkari buku-bukunya. Inti rotan berwarna kuning gading. Jenis ini liat, bingkas, agak keras, tetapi tidak begitu mudah dibelah-belah dan merupakan salah satu contoh rotan yang diperdagangkan (Heyne, 1987).

Fase Pertumbuhan Rotan (Calamus inops)
Saat masih anakan, rotan inops tumbuh soliter dengan karakteristik fisik yang mirip dengan kelapa atau aren. Hanya saja tangkai daunnya lebih kecil. Warnai tangkai hijau muda dan ditumbuhi duri-duri yang relatif masih jarang. Inti rotan yang menjadi batang utama belum terbentuk, hanya daun-daun yang muncul dari pangkal rotan menjulur ke segala arah. Ketinggian anakan ini kurang dari 1 meter.

Setelah agak dewasa, timbul perubahan fisik organ-organ yang dimiliki. Warna daun menjadi agak hijau tua, dengan tangkai yang memanjang. Kemudian rotan membentuk rumpun dengan tumbuhnya beberapa anakan baru dari pangkal batang. Di tengah-tengah rumpun muncul batang inti yang dapat tumbuh memanjang dengan cepat. Batang inilah yang nantinya dipanen ketika rotan telah cukup umur. Dalam satu rumpun bisa tumbuh beberapa batang inti. Di Hutan Pendidikan Tetangge dapat dijumpai pada salah satu rumpun ada yang memiliki batang inti hingga mencapai lebih dari 20 batang tiap rumpunnya.

Duri-duri yang tumbuh di batang dan daun juga mengalami perubahan fisik. Semakin tua umur rotan, duri yang tumbuh semakin rapat. Ukurannya pun menjadi lebih besar dan warnanya menjadi lebih gelap. Apabila dicermati dengan seksama, pola duri yang tumbuh pada daun dan batang ternyata berbeda. Pada batang, duri mengelompok hingga mencapai 10 duri tiap kelompoknya dengan formasi duri menjari. Sebaran kelompok duri ini agak teratur membentuk ruas-ruas pada batang. Sedangkan duri pada daun lebih jarang dimana tiap kelompoknya terdiri atas 1, 2 atau 3 duri. Pada pangkal daun duri cukup rapat, namun makin ke ujung formasinya makin jarang.

Pada rotan yang sudah tua, batang inti tumbuh merambat pada pohon yang tumbuh di sekitarnya. Pohon inang ini berfungsi untuk menunjang pertumbuhan memanjang rotan sehingga rotan dapat memperoleh lebih banyak sinar matahari. Pertumbuhan memanjang terus berlangsung hingga mencapai ketinggian lebih dari 20 meter, sedangkan pertambahan ukuran diameter tetap terjadi meskipun kurang signifikan. Tingkat kedewasaan rotan juga ditandai dengan tumbuhnya buah pada batang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar