Kamis, 16 Januari 2014

WALET

          

 

 

  Walet adalah salah satu jenis burung sangat istimewa. Liur burung walet atau sering disebut sarang burung walet berharga mahal. Banyak gedung walet dibangun untuk tempat bersarang burung walet. Banyak orang  tertarik budidaya walet. Mereka berharap dapat hasil melimpah dengan panen sarang walet. Sarang walet adalah komoditas ekspor.

 Mengapa sebuah gedung walet yang dibangun dengan biaya ratusan juta, bahkan lebih, kondisinya kosong tanpa walet? Apakah survey awal pemilihan lokasi tidak dilakukan secara cermat? Apakah posisi gedung ada di “belakang”? Sehingga, ibarat orang jualan, pembelinya selalu membeli barang di toko depan? Apakah ‘timing’ pembangunan gedung walet di sentra itu tidak lagi tepat atau sudah terlambat? Apakah sentra walet memang telah padat sehingga kompetisinya sangat ketat? Atau desain bangunan yang salah?

Jika kita amati di daerah sentra walet, baik di kota maupun di daerah, dari puluhan bahkan ratusan gedung walet, gedung yang “jaya” dapat dihitung secara prosentase yaitu hanya 10 %. Gedung walet yang agak produktif sekitar 30 %. Gedung yang jumlah sarang sedikit, sekitar 30 %. Sisanya yang 30 % gedung walet kosong. Fakta ini hampir terjadi di semua sentra walet.


Banyak gedung walet yang salah desain, sehingga akhirnya walet tak mau tinggal di dalamnya. Kesalahan bisa terjadi antara lain : ukuran pintu masuk yang sempit. Ada juga pintu masuk yang dipasang teralis besi. Tujuannya sama :agar maling tidak bisa masuk ke gedung. Untuk mencuri apa maling masuk gedung walet yang masih kosong?


  Disini saya membahas secara tuntas dan mencari penyebab gedung walet gagal alias tak ada walet yang mau tinggal dan berkembang biak di gedung itu. Bagaimana solusinya? Pembahasannya, meliputi misalnya mengenai tebal - tipisnya dinding bangunan. Semakin tebal dinding gedung akan semakin bagus, karena panas dari luar tidak tembus sampai dalam gedung. Namun jika dinding gedung tipis sekitar 15 cm/ setengah batu, maka bagaimana solusi mengatasi panas matahari? Yaitu, dengan mengecat dinding luar gedung dengan cat warna putih. Warna putih akan menolak panas.

Sebab gedung kosong bisa pula karena akses masuk walet agak sulit, misalnya karena faktor pintu walet sangat sempit sekitar ukuran lebar 15 cm, panjang 25 cm. Sebagian orang masih beranggapan bahwa gedung walet harus gelap. Jika pintu masuk burung dibuat lebar, maka faktor cahaya banyak masuk ruangan. Apalagi jika arah pintu masuk menghadap ke barat, maka di sore hari ruangan gedung menjadi agak terang. Karena alasan inilah maka pintu masuk burung dibuat sempit untuk menekan faktor cahaya. Namun akibatnya justru merugikan, yaitu burung walet sulit masuk gedung. Akhirnya walet akan mencari gedung lain yang lebih mudah akses masuknya. Untuk mengatasi hal ini, ukuran pintu masuk walet sebaiknya dibuat sekitar lebar 40 cm panjang 60 cm. Cahaya yang masuk melalui pintu burung harus diatur dengan cara melakukan penyekatan ruangan, sebagian ruang di- sekat full sebagian yang lain di- sekat semu.

 Mengapa walet kabur dari sebuah gedung? Padahal koloni walet ini sudah bertahun-tahun berbiak dengan baik. Ada seorang ibu dari Gresik mengeluhkan populasi waletnya dari tahun ke tahun terus menurun. Bayangkan, menurut informasi dari ibu Gresik itu, semula total produksi sarang waletnya mencapai 30 kg. Namun sekarang tinggal 5 kg. Kenapa bisa demikian?

Penyebab walet kabur dari sebuah gedung, bisa disebabkan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain, adanya predator, teknis panen salah, papan sirip yang lapuk dll, namun ini masih bisa dicegah atau masih bisa ditanggulangi. Faktor eksternal, misalnya, terjadinya kebakaran yang merembet ke gedung walet atau bencana gempa bumi. Akhir oktober 2008 lalu saya sengaja menikmati perjalanan darat dari Padang ke Bengkulu. Beberapa gedung walet di bangun antara lain di Painan, Kapas, Air Haji, Putri Hijau. Saat masuk Muko-Muko saya melihat beberapa gedung walet retak dan sebagian lain rusak akibat gempa bumi yang terjadi belum lama ini. Faktor ini diluar kemampuan manusia.


Di Banda Aceh dan sekitarnya, bencana tsunami telah menyebakan rusaknya bangunan walet sehingga walet harus pindah gedung lain. Faktor eksternal yang saya ceritakan di atas adalah faktor eksternal sesaat. Namun ada faktor eksternal yang akibatnya sangat buruk dan mengancam perkembangan populasi walet dalam waktu yang panjang, bahkan selamanya. Gedung yang semula produktif, lambat laun ditinggal pergi penghuninya. Kemana waletnya? Jawabnya, regenerasi walet tak berjalan secara baik. Walet tua akhirnya mati. Walet muda yang tersisa pindah ke daerah lain. Sebab pokok adalah hilangnya daerah pakan, mungkin karena industrialisasi, menyempitnya areal persawahan, gersangnya hutan, dll.


  Daerah yang mulai ditinggalkan walet, antara lain wilayah pantura pulau Jawa. Tak sedikit gedung walet di pantura yang merosot produksinya. Populasi walet dari tahun ke tahun telah berpindah ke daerah hijau - daerah pakan. Atas kondisi ini, maka muncul ide membuat pakan untuk walet, berupa serangga kecil yang dihasilkan oleh serbuk olahan. Tetapi apakah itu bisa mengatasi masalah? Cukupkah pakan tersebut untuk memenuhi kebutuhan walet sehari-hari?

                                                   SEKIAN DAN TERIMA KASIH.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar