Walet adalah salah satu jenis burung sangat istimewa. Liur burung walet atau sering disebut sarang burung walet berharga mahal. Banyak gedung walet dibangun untuk tempat bersarang burung walet. Banyak orang tertarik budidaya walet. Mereka berharap dapat hasil melimpah dengan panen sarang walet. Sarang walet adalah komoditas ekspor.
Mengapa sebuah gedung walet yang dibangun dengan biaya ratusan juta,
bahkan lebih, kondisinya kosong tanpa walet? Apakah survey awal
pemilihan lokasi tidak dilakukan secara cermat? Apakah posisi gedung
ada di “belakang”? Sehingga, ibarat orang jualan, pembelinya selalu
membeli barang di toko depan? Apakah ‘timing’ pembangunan gedung walet
di sentra itu tidak lagi tepat atau sudah terlambat? Apakah sentra
walet memang telah padat sehingga kompetisinya sangat ketat? Atau
desain bangunan yang salah?
Jika kita amati di daerah sentra walet, baik di kota maupun di daerah,
dari puluhan bahkan ratusan gedung walet, gedung yang “jaya” dapat
dihitung secara prosentase yaitu hanya 10 %. Gedung walet yang agak
produktif sekitar 30 %. Gedung yang jumlah sarang sedikit, sekitar 30
%. Sisanya yang 30 % gedung walet kosong. Fakta ini hampir terjadi di
semua sentra walet.
Banyak gedung walet yang salah desain, sehingga
akhirnya walet tak mau tinggal di dalamnya. Kesalahan bisa terjadi
antara lain : ukuran pintu masuk yang sempit. Ada juga pintu masuk yang
dipasang teralis besi. Tujuannya sama :agar maling tidak bisa masuk ke
gedung. Untuk mencuri apa maling masuk gedung walet yang masih kosong?
Disini saya membahas secara tuntas dan mencari penyebab gedung walet gagal
alias tak ada walet yang mau tinggal dan berkembang biak di gedung itu.
Bagaimana solusinya? Pembahasannya, meliputi misalnya
mengenai tebal - tipisnya dinding bangunan. Semakin tebal dinding
gedung akan semakin bagus, karena panas dari luar tidak tembus sampai
dalam gedung. Namun jika dinding gedung tipis sekitar 15 cm/ setengah
batu, maka bagaimana solusi mengatasi panas matahari? Yaitu, dengan
mengecat dinding luar gedung dengan cat warna putih. Warna putih akan
menolak panas.
Sebab gedung kosong bisa pula karena akses masuk walet agak sulit,
misalnya karena faktor pintu walet sangat sempit sekitar ukuran lebar
15 cm, panjang 25 cm. Sebagian orang masih beranggapan bahwa gedung
walet harus gelap. Jika pintu masuk burung dibuat lebar, maka faktor
cahaya banyak masuk ruangan. Apalagi jika arah pintu masuk menghadap ke
barat, maka di sore hari ruangan gedung menjadi agak terang. Karena
alasan inilah maka pintu masuk burung dibuat sempit untuk menekan
faktor cahaya. Namun akibatnya justru merugikan, yaitu burung walet
sulit masuk gedung. Akhirnya walet akan mencari gedung lain yang lebih
mudah akses masuknya. Untuk mengatasi hal ini, ukuran pintu masuk walet
sebaiknya dibuat sekitar lebar 40 cm panjang 60 cm. Cahaya yang masuk
melalui pintu burung harus diatur dengan cara melakukan penyekatan
ruangan, sebagian ruang di- sekat full sebagian yang lain di- sekat
semu.
Mengapa walet kabur dari sebuah gedung?
Padahal koloni walet ini sudah bertahun-tahun berbiak dengan baik. Ada
seorang ibu dari Gresik mengeluhkan populasi waletnya dari tahun ke
tahun terus menurun. Bayangkan, menurut informasi dari ibu Gresik itu,
semula total produksi sarang waletnya mencapai 30 kg. Namun sekarang
tinggal 5 kg. Kenapa bisa demikian?
Penyebab walet kabur dari sebuah gedung, bisa disebabkan faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain, adanya
predator, teknis panen salah, papan sirip yang lapuk dll, namun ini
masih bisa dicegah atau masih bisa ditanggulangi. Faktor eksternal,
misalnya, terjadinya kebakaran yang merembet ke gedung walet atau
bencana gempa bumi. Akhir oktober 2008 lalu saya sengaja menikmati
perjalanan darat dari Padang ke Bengkulu. Beberapa gedung walet di
bangun antara lain di Painan, Kapas, Air Haji, Putri Hijau. Saat masuk
Muko-Muko saya melihat beberapa gedung walet retak dan sebagian lain
rusak akibat gempa bumi yang terjadi belum lama ini. Faktor ini diluar
kemampuan manusia.
Di Banda Aceh dan sekitarnya, bencana tsunami telah menyebakan rusaknya
bangunan walet sehingga walet harus pindah gedung lain. Faktor eksternal yang saya ceritakan di atas adalah faktor eksternal
sesaat. Namun ada faktor eksternal yang akibatnya sangat buruk dan
mengancam perkembangan populasi walet dalam waktu yang panjang, bahkan
selamanya. Gedung yang semula produktif, lambat laun ditinggal pergi
penghuninya. Kemana waletnya? Jawabnya, regenerasi walet tak berjalan
secara baik. Walet tua akhirnya mati. Walet muda yang tersisa pindah ke
daerah lain. Sebab pokok adalah hilangnya daerah pakan, mungkin karena
industrialisasi, menyempitnya areal persawahan, gersangnya hutan, dll.
Daerah yang mulai ditinggalkan walet, antara lain
wilayah pantura pulau Jawa. Tak sedikit gedung walet di pantura yang
merosot produksinya. Populasi walet dari tahun ke tahun telah berpindah
ke daerah hijau - daerah pakan. Atas kondisi ini, maka muncul ide
membuat pakan untuk walet, berupa serangga kecil yang dihasilkan oleh
serbuk olahan. Tetapi apakah itu bisa mengatasi masalah? Cukupkah pakan
tersebut untuk memenuhi kebutuhan walet sehari-hari?
SEKIAN DAN TERIMA KASIH.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar